Sebab Persahabatan Kita Sedang Diuji

image

Having you isn’t tragedy, right? Of course!!!! Seisi ruang kepala dan hatiku berteriak. Kamu cintaku, belahan jiwa dan darah yang mengalir sepenuh kasih. Akib! But, see! Bagaimana hubungan kita sebulan belakangan ini yang semakin buruk. Saat komunikasi verbal Bunda gagal dan saban malam Eun Yud harus mendengarkan semua episode kepedihan Bunda.

Sungguh muasal semua ini adalah “mulutmu harimaumu”. Mungkinkah karena Bunda berpikir Akib anak pertama dan kita terlalu banyak mengobrol, lalu bagaimana Akib menjawab dan menanggapi semua seluk beluk biologi dasar, hobi kita yang sama menggambar, waktu Bunda bingung satu kata dan kamu menjelaskan dengan sok dewasa, apa karena itu? Lalu bunda berpikir kita seusia dan seirama?

“Bunda udah berapa kali bilang itu. Akib udah tau, udah tau! Bosan Akib dengarnya!”

“Bunda tau itu selalu Bunda ulang dan berapa kali Akib patuhi?”

“Nggak pernah!”

“Jadi sekarang Akib tau kan, kenapa selalu Bunda ulang? Itu sederhana Akib, setiap mandi harus sikat gigi!”

“Akib nggak suka sikat gigi!”

Bukan waktunya membujuk Akib seperti anak dua tahun. Sudah lama Bunda melakukan itu “Akib, yuk ke kamar mandi, sikat giginyaaaa… Bunda nyanyikan lagu ya. Naaah, pakai odol kesukaan Akib, sikat gigi dengan singa si raja hutan yang punya taring mengilap, semua penghuni hutan, kagum padanya!”

Membacakan buku Bodin sebelum tidur, menyusun seabrek mainan yang masih bisa kamu lihat hingga kini. Setiap bulannya Bunda sortir, yang mulai rusak dibuang. Menonton Finley, pak pos Pat, Bob si Tukang Bangunan, Barney si Dinosaurus. Buku Sali Aku Bisa Membereskan Mainan Sendiri.

Sekarang Akib yang 9 tahun masih ingin diperlakukan seperti 2 tahun dalam beberapa hal, sementara di sisilain, Akib selalu berkata “Ih, Akib nggak suka itu, kayak anak kecil aja!”

Akib tidak suka tas dan perlengkapan yang seperti anak kecil atau anak perempuan. Well, Bunda hargai itu tapi Akib tetaplah bukan orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh anak kecil. Terbukti ketika pulang mabit di sekolah, Akib berujar dengan bangganya “semua teman- teman Akib waktu muhasabah menangis, abang-abang kelas enam pun ada yang menangis, Akib nggak nangis!” Hahaha

Benar kata Eun Yud, kita beri pemahaman pelan-pelan. Kalau terasa begitu lambat, waktu yang akan membantu kita. Mungkin Bunda terlalu terburu-buru karena kesukaannya membaca dan mendebat Bunda, Bunda jadi berpikir a child who reads will be an adult who thinks. But wait, what kind a book he reads a lot? Science!

Back Home

Hari pertama balik ke rumah tentu saja berberes dari A-Z. Emak satu ini nggak ada tuh, ceritanya ‘balas dendam’ kurang tidur selama kurang lebih seminggu, badan pegal dari perjalanan jauh dan lain sebaginya itu nggak boleh jadi alasan membiarkan semuanya kacau. Nah, itu saya. Hehe.

Aku sampai pukul satu dini hari, langsung membaluri badan Faza dengn parutan jahe dan bawang merah keprok. Menyusui dan memastikan dia tidur nyenyak. Menyapa Akib dan Biyya, they look so excited.

Seminggu tentu saja rumah terlihat horrible tapi aku benar-benar terharu begitu melihat ada nasi di ricecooker, alas kasur begitu licin siap untuk merebahkan badan, dan inilah bagian yang paling menggoda untuk segera tidur.

Tidak ada tumpukan baju kotor, tidak ada tumpukan piring kotor. Lelaki yang aku tinggalkan seminggu ini terlihat berusaha keras membantu, he did the best, maybe I can say that he tried already. So, seseram apapun kondisi rumah mulai teras ke gudang, aku bisa tetap tersenyum penuh terima kasih dan syukur.

It Began to Ask, How Long?

Kapan terakhir kalinya aku melakukan perjalanan?

Bukan. Bukan itu harusnya pertanyaan yang kuajukan, tapi kapan terakhir kalinya aku menikmati perjalanan?

Sejak kecil aku lah yang paling sering ditinggal kalau sudah namanya rekreasi ke luar kota. Aku paling rewel dan cengeng, sulit dibujuk dan mungkin paling euforia dengan perjalanan. Padahal aku tidak mabuk darat, laut atau apapun. Aku paling suka berkendara darat dengan jarak tempuh yang jauh, melewati berbagai provinsi dan bahkan pulau. Masih ingat dulu perjalanan laut dengan KM. Kelud yang menyenangkan. Penggabungan darat dan laut dimana perjalanan via udara belum sepopuler ini. Bertemu banyak orang baru dan suasana berbeda, selalu unik dan tak bisa diprediksi. Walau kita sudah tahu jam sekian akan sampai dan kemudian kendaraan apa yang harus kita tumpangi sebelum mencapai tempat penginapan.

Ya, semacam perasaan saat kalian melakukan traveling untuk liburan dan refreshing. Apapun itu, excited bukan?

Yah, tentu… tentu saja. Tapi entah sejak kapan pertanyaan semacam ini mulai terbesit “Ya Allah, kapan nyampenya ini.”

Absolutly, I wonder how! Kenapa bisa sampai aku membatin seperti itu. Dimana kaki dan tangan sudah pegal bukan main, kecemasan seperti hantu menggelayut karena Faza, malaikat bungsuku yang bijaksana sedang sakit.

Inilah yang terjadi. Inilah muasal aku membatin demikian resah. Meninggalkan Akib dan Biyya, sudahlah, mereka harus belajar tidak melulu di bawah ketiak bundanya.

Perjalanan ke Bandung bisa dimasukkan ke dalam list ‘horrible journey’ yang membuatku urung bersemangat menimba ilmu dari orang-orang penting yang akan memberikan materi di sesi tanwir Nasyiatul Aisyiyah II ini. Hanya berharap aku memenuhi pundi ilmu yang tersedia dan berbesar hati bahwa pundi ‘enjoy the journey, this is part of vacation on your life, lady!’ Akan aku bawa pulang dalam keadaan kosong.

Bersyukur memiliki partner yang gigih seperti Tia. Ia rajin dan berusaha maksimal. Di masa yang akan datang akan terus bisa diandalkan, semoga Allah memberkahimu, kawan!

Posters Mice Hotel, Bandung.
16 Oktober 2015

My Faza

image

image

His name is Mafaza, I often call him My Faza.

Faza berusia 10 bulan dan semakin lucu dan menggemaskan. Perkembangan pesat dan menggembirakan layaknya abang dan kakaknya dulu. Dia istimewa? Tentu saja, seistimewa Akib dan Biyya bagiku.

Faza juga sudah punya gelar sebagaimana Imajinator Adi Luhung dan Si Rumeh Biyya. Faza adalah Sang Bijaksana.

Semua anak istimewa tak dibedakan untuk kadar kasih sayang. Kami saja yang 9 orang tapi sayang Umak Abak begitu merata dan tak menyeluruh, hingga kami dewasa, Abak Umak bercucu ramai sekali. Sebab cinta adalah dawai yang tak pernah akan usai dimainkan kedua orangtua.

Menjadi orangtua di usia muda bagiku dan Eun Yud adalah karunia tak terhingga, kami akan terus belajar hingga tutup usia.

My Faza sebagaimana abang dan kakaknya, di masa bayinya begitu lengket dengan Bundanya.

Ini pose terbaru Faza setelah menjemput Kak Biyya kemarin. Tentu saja minus Bang Akib yang masih di sekolah.